Cerita Kelahiran Mamas Bayi (Part 1)


Sebelumnya, gue berusaha nulis pakai bahasa Inggris disini, tapi ebuset, nulis seharian kagak kelar-kelar. Itu juga belom tentu bener grammar nya. Udah gitu kurang ekspresif kan gue jadinya. Yaudahlah, dibuat juga versi Bahasa Indonesianya, biar puas ceritanya mumpung masih inget.

Jadi ceritanya, ini adalah kisah tentang "keajaiban" yang Allah berikan untuk gue. Ini kisah tentang cinta gue, hidup gue. Ini kisah tentang mamas bayi.

Setelah kosong sekitar empat bulanan, Maret 2017, Alhamdulillaah akhirnya ada dua strip nangkring di testpack gue. Sebelumnya gue pernah beli testpack beberapa dan hasilnya negatif. Jadi waktu akhirnya dapet dua garis ini, bahagianyaaaaa tak terkira. Gue bahkan masih inget rasanya; kayak baru kemaren aja.

Bulan demi bulan, kehamilan gue berjalan layaknya kehamilan pada umumnya. Ngalamin morning sickness (atau kali lebih tepatnya all day sickness gue mah), BB naik nggak karuan, perut membuncit, dan tanda-tanda (bahagia) lainnya. Alhamdulillaah..
Gue juga meriksain kandungan gue rutin: sebulan sekali pas bulan-bulan awal, dua minggu sekali mulai bulan ke delapan, dan merencanakan datang seminggu sekali waktu bulan ke sembilan.
Kenapa "merencanakan"? Karna gue nggak sempet sampai kesana. Hahaha..

Btw, gue periksa rutin di  BWCC (Bintaro Women and Children Clinic) Jagakarsa sama dr. Dini Utari, SpOG. Kayaknya sih beliau ini yang punya BWCC soalnya belakangan, pas gue mau bayar transfer ke BWCC, no rek nya atas nama beliau haha..

Dan (lagi), semua berjalan seperti kehamilan pada umumnya, sampai pas week ke 32, gue dateng buat cek rutin. Nah pas itu dokter Dini bilang kalo berat janin gue agak kecilan dibandingin bayi pada umumnya. Waktu itu kalau nggak salah, tensi gue udah 120 (biasanya mentok di 110), tapi gue kira itu cuma karna kecapekan atau kurang tidur aja. Trus sama dokter Dini gue disuruh banyakin makan protein, daging merah, sayur buah, sama disuruh ngejar dengan makan putih telur 6 butir setiap hari.

Ya sebagai calon mamak baru, gue ikutin lah saran beliau. Makan minum dibanyakin, makan putih telor sehari sampai 6. Dan nggak lama setelahnya kan gue ke Jogja buat wisudaan adek gue, disitu makin makan banyak (dan enak! Yay! Makasih mas :*) deh..

I was expect that my baby's weight increase a lot since I eat a lot. But dr. Dini said that my baby didn't gain any weight, and his weight as if he is just 29 weeks. She also refer me to a Fetomaternal doctor to have more specific test about my womb.

My heart was broke and I start to worry. What's going on with my baby? What's wrong with me?

On my last check up, I ask for her recommendation and she refer me to dr. Novi Resistantie, SpOG(K). Then we make an appointment to dr. Novi in Bunda Margonda Hospital. But the next day, the hospital text me and inform that dr. Novi will take a leave until the next week.
Then we find for another doctor. We ask dr. Dini for another recommendation and she told me to try to make an appointment with dr. Eva Roria Silalahi, Sp.OG. Then again, we make an appointment with her the next day in Hermina Ciputat Hospital.
Qadarallah, my appointment was at the afternoon. Only an hour before, the hospital again text me and told me that we can't meet dr. Eva because she has another duty in other hospital.

I became more worry. Dr. Dini order us to meet fetomaternal doctor as soon as possible and comeback to her with the result the day after. I assume this as a critical situations.
The next day, I was busy to find a fetomaternal doctor. At first, we found a woman doctor, near from my home, and not too expensive. But we can't find any. Then we reduce the criteria to woman doctor, and not too expensive. We still can't find any. Then we only find a woman doctor, without any concern about the price and her location. We still can't find any. And finally, we just find any fetomaternal doctor as soon as possible. We need to know what's wrong with my baby and do what need to do immediately.

Long story short, we make an appointment to dr. Trijatmo SpOG (K). We came there by grab car. And since I enter the car, suddenly tears gather up in my eyes. I tried so hard to not cry. I have to be strong for my baby. But I can't hold back once we met the doctor. He just open the referring letter and told me to met dr. Bambang Karsono SpOG (K) the next day.

Pulang dari Jogja, hari Sabtu tuh, kita langsung ke BWCC karna emang pas jadwal kontrol dan pas ada dokter Dini hari itu. Maksudnya biar minggu depan nggak usah cuti lagi suami gue, karna minggu ini udah cuti dua hari buat ke Jogja kan.

Gue mengekspektasikan kabar gembira dong.. Secara gue udah ikutin semua saran dokternya, gue minum semua obatnya, di Jogja gue gembira, makan banyak enak-enak.. Intinya gue mikir yaaa kira-kira dedek nambah 500 gram lah..

Ternyata JDEER! Berat janin gue nggak nambah, masih istiqomah di angka 1,8 kg dari dua minggu lalu. Menurut dokter Dini, itu lazimnya berat janin 29 week. Meanwhile janin gue udah 34 week.
Jadi kesimpulan cek hari itu adalah, berat bayi gue kecil, lingkar perutnya kecil, lingkar kepalanya sama panjang tangan kaki kira-kira normal. Trus dokter Dini nyuruh gue buat nemuin dokter fetomaternal buat cek kondisi mamas bayi dengan lebih detail, dan secepatnya balik lagi ke dokter Dini bawa hasilnya biar beliau tau apa tindakan selanjutnya.

Gue mulai panik dong. Gue mengasumsikan perintah itu sebagai kondisi gue (atau mamas bayi) mulai gawat.

Pulang dari BWCC, kita langsung hunting dokter fetomaternal di Jakarta. Dan disini semua drama kelahiran gue yang sebenarnya dimulai...

Lanjut ke postingan berikutnya :)

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Kelahiran Mamas Bayi (Part II)

Catatan Kelas Intensif Bengkel Diri - Tarbiyah Jinsiyah (part 1)